Madrid – Xabi Alonso memulai kiprahnya sebagai pelatih Real Madrid dengan awal yang menjanjikan. Dua kemenangan dari dua laga awal LaLiga menjadi modal kuat bagi pelatih asal Spanyol itu dalam menjalani tantangan besar di Santiago Bernabéu. Namun, tekanan tinggi di klub sebesar Real Madrid membuat Alonso tetap tak kebal dari risiko pemecatan, seberapa besar pun reputasinya.
Sebelum meniti karier kepelatihan, Xabi Alonso dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik di generasinya. Ia selalu meraih trofi di setiap klub yang dibelanya, mulai dari Liverpool, Real Madrid, hingga Bayern Munchen. Bersama Madrid, Alonso memenangkan lima gelar utama, termasuk LaLiga dan Liga Champions.
Musim lalu, Real Madrid gagal meraih trofi besar, dan hal ini menjadi alasan utama mengapa Alonso didatangkan untuk menggantikan Carlo Ancelotti. Meskipun awalnya menjanjikan, tuntutan untuk segera mempersembahkan gelar tak bisa dihindari.
Kontrak Alonso berdurasi hingga 2028, namun waktu panjang itu bisa jadi semu jika performa Madrid menurun.
Mantan gelandang Madrid, Toni Kroos, turut mengomentari penunjukan Alonso sebagai pelatih kepala. Ia menyebut bahwa reputasi besar Alonso sebagai pemain mungkin memberi keuntungan di awal, namun tak menjamin kelangsungan jabatannya jika gagal memberikan hasil.
“Kurasa Xabi datang dengan status yang berbeda dari Lopetegui. Reputasi dia sebagai pemain memang membantu, tapi itu tidak akan melindungi jika dia gagal memenangi titel juara dalam tiga tahun beruntun” ujar Kroos.
Sebagai perbandingan, Julen Lopetegui hanya bertahan 14 pertandingan sebelum akhirnya dipecat, meski juga datang dengan ekspektasi besar.
Ujian selanjutnya bagi Xabi Alonso dan Real Madrid adalah laga kandang melawan Mallorca pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Laga ini akan menjadi momen penting untuk mempertahankan tren positif, sekaligus menguji konsistensi permainan Madrid di bawah tangan dingin Alonso.
Kini, Alonso dipercaya untuk menangani skuad bertabur bintang, termasuk megabintang baru Kylian Mbappe, yang menjadi sorotan utama sejak kedatangannya musim panas ini. Keseimbangan taktik dan manajemen ego di ruang ganti menjadi kunci sukses bagi mantan maestro lini tengah Spanyol itu.