Jakarta – Indonesia saat ini berkomitmen untuk melaksanakan pembangunan menuju rendah karbon dan ketahanan iklim secara bertahap dengan target transisi mencapai target pengurangan emisi sebesar 31.89% pada tahun 2030 atau 43.2% dengan dukungan internasional serta Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Pemerintah melalui Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konversi Energi (BBSP KEBTKE) Kementerian ESDM telah menjalani program konversi sepeda motor konvensional berbahan bakar minyak menjadi listrik.
Sektor transportasi masih menjadi pengguna energi terbesar (42%) dimana Sebagian besar berasal dari penggunaan bahan bakar minyak yang diimpor. Pada tahun 2020, impor bahan bakar mencapai 61 juta barrel minyak atau setara pengeluaran devisa 2,7 Miliar USD atau setara Rp 40 Triliun.
Senda Hurmuzan Kanam, Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan mengatakan, manfaat bagi masyarakat, biaya untuk konversi Rp 17 juta, mendapat subsidi dari Pemerintah Rp 7 juta, jadi hanya Rp 10 juta, angka tersebut sesuai Peraturan Menteri ESDM (Permen ESDM) Nomor 3 Tahun 2023.
Program konversi kendaraan bahan bakar minyak ke listrik bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, sekaligus akan mampu meningkatkan ketahanan energi nasional karena akan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak impor.
Alokasi bantuan pemerintah untuk konversi motor listrik ditahun 2023 ditujukan untuk 50.000 unit motor konversi dan 150.000 unit ditahun 2024.
Bagi Pemerintah untuk satu unit motor penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM) sampai 355 liter per tahun, Pertalite (bahan bakar yang umum digunakan sepeda motor) Rp 532.500 per tahun. Penurunan emisi C02 pada sektor transportasi 0,64 ton per tahun. Konsumsi listrik menjadi 426 kWh per tahun.
Masyarakat yang sudah melakukan konversi tidak perlu khawatir kehabisan baterai di tengah jalan, karena saat ini sudah dibangun 842 SPKLU di 488 lokasi, sebanyak 1.331 unit SPBKLU di 1.282 lokasi.
Dalam melakukan konversi, pihaknya melibatkan bengkel-bengkel Industri Kecil dan Menengah (IKM) sehingga menggerakan perekonomian serta mempercepat teknologi lokal. Industri IKM yang terlibat untuk komponen utama seperti BLDC, Electronic Control Unit (ECU) dan juga baterai.
“Targetnya, untuk 50 ribu unit ini prosesnya bisa lebih mudah, karena ini akan menjangkau seluruh Indonesia dan melibatkan berbagai pihak mulai dari bengkel konversi, penyedia komponen baik baterai, motor listrik dan aksesoris lainnya, tentunya akan lebih mudah apabila diakomodir melalui platform digital” jelas Senda Hurmuzan Kanam.
Pemerintah berharap program konversi ini akan memberikan manfaat untuk masyarakat, utamanya penghematan biaya bahan bakar dan udara yang lebih bersih. (BAM)