Milenial Akar Rumput Indonesia Kurang Minati Politik

Milenial Akar Rumput Indonesia Kurang Minati Politik

Lensautama -Milenial Akar Rumput Indonesia Kurang Minati Politik. Aplikasi media sosial berbasis lokasi, Yogrt, melalui studi terbarunya mengungkap bahwa hanya sembilan persen milenial akar rumput Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap isu politik.

Sementara, dari sisi karakternya, meski terbuka terhadap ide atau pemikiran baru, kalangan muda ini cenderung tak mau mengambil risiko. Lebih jauh, temuan juga memperlihatkan bahwa kebersamaan menjadi nilai utama yang dijunjung milenial akar rumput Indonesia – bukan pencapaian diri, seperti yang kerap direkatkan pada anak-anak muda. Melibatkan sekitar 5.000 pengguna sebagai responden, “Studi Yogrt 2017: Milenial Akar Rumput Indonesia” digagas untuk memahami karakter psikografis dan minat generasi milenial khas Tanah Air – sebuah pasar besar yang potensial.

“Peran krusial generasi milenial di setiap sisi kehidupan masyarakat semakin tak bisa dipungkiri – terlebih mereka akan menjadi penerus tanggung jawab generasi sebelumnya, baik bidang sosial, politik, maupun ekonomi. Belum adanya temuan memadai terhadap milenial, terutama di Indonesia, mendorong Yogrt untuk memprakarsai studi ini. Didesain khusus untuk pasar Indonesia, aplikasi Yogrt melalui fitur dan aktivitasnya hadir sebagai platform solusi yang tepat untuk menjangkau kalangan muda khas Tanah Air: milenial akar rumput, yang jumlahnya sangat besar dan belum tersentuh,” ujar Jason Lim, Co-founder Yogrt.

Mengetahui Minat

“Studi Yogrt 2017: Milenial Akar Rumput Indonesia” mengombinasikan dua metode: 1) survei demografi online, untuk mengetahui minat – dilaksanakan pada September 2017, dan 2) “Portrait Values Questionnaire” formulasi psikolog dunia Shalom H. Schwartz, untuk membedah karakter psikografis; diaplikasikan dalam bentuk kuis di aplikasi Yogrt – diluncurkan Februari dan September 2017. Schwartz sendiri dikenal dengan rumusan 10 nilai dasar yang mempengaruhi motivasi individu – terdiri atas: kekeluargaan/kebersamaan, kesejahteraan, kemandirian, stabilitas, tradisi, keseragaman, hedonisme, stimulasi, pencapaian/prestasi diri dan kekuasaan.

Terkait minat, senada dengan perhatian yang rendah terhadap ihwal politik, studi Yogrt mengemukakan hanya 7% milenial akar rumput Indonesia yang tertarik topik literatur atau buku. Sebaliknya, hiburan menjadi bahasan yang paling digemari – dengan rincian 45% meminati musik (tertinggi), dan 30% memilih film. Yang menarik, subjek agama ternyata cukup mendapat animo milenial akar rumput Indonesia – sebesar 28%. “Meski demikian, perlu digarisbawahi, minat terhadap agama tampaknya bukan akibat dorongan ideologis, tetapi lebih karena keinginan bersosialisasi. Ini terlihat dari nilai ideologis konservatif yang berada di bawah nilai kekeluargaan/kebersamaan,” jelas Roby Muhamad Ph.D, sosiolog bidang jejaring sosial, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sekaligus co-founder Yogrt.

Psikologi Milenial

Telaah Roby sejalan dengan temuan studi yang memperlihatkan bahwa karakter psikografis milenial akar rumput Indonesia sarat value kekeluargaan/kebersamaan, disusul nilai konservatisme yang mempertahankan tradisi, stabilitas dan keseragaman. “Milenial akar rumput Indonesia berseberangan dengan kelompok umur serupa di Amerika yang lebih memprioritaskan nilai-nilai individualisme: pencapaian diri dan kekuasaan. Uniknya lagi, mereka pun ternyata berbeda dengan anggapan umum tentang ‘generasi Y’ yang tergolong challenge seeker. Sebaliknya, meski sama-sama terbuka terhadap ide atau pemikiran baru, kalangan muda khas Tanah Air ini cenderung enggan terhadap risiko,“ tambah Roby. Alasannya, hasil studi Yogrt menunjukkan, anutan nilai dasar kemandirian yang cukup tinggi (mempengaruhi kebebasan berpikir dan berperilaku) tidak diimbangi nilai stimulasi seimbang (berimbas pada rendahnya penerimaan atas tantangan dalam hidup).

[1] Sumber: https://www.bcg.com/

Sementara, berbicara aktivitas digital kalangan ini, milenial akar rumput Indonesia lebih dominan memanfaatkan internet sebagai sarana berinteraksi sosial (presentase aktif di media sosial dan chatting sama-sama paling tinggi, sebanyak 67%), diikuti mencari informasi/browsing (47%), serta hiburan (41% mendengarkan musik, dan 30% menonton film). Sayangnya, kegiatan berbelanja dan bertransaksi perbankan bergerak/mobile banking masih rendah (masing-masing hanya 15% dan 8%). Keunikan milenial akar rumput Indonesia tadi, semakin kokoh memposisikan Yogrt sebagai platform media sosial yang jitu. Sebab, mereka membutuhkan sarana yang berbeda dari buatan luar negeri – yang diciptakan dan dikembangkan dengan mempertimbangkan karakter psikografis para target pengguna. Teknologi yang diterapkan di dalam aplikasi Yogrt sejalan dengan nilai dasar utama milenial akar rumput Indonesia, yakni kebersamaan. Yogrt memungkinkan adanya kemudahan dalam menemukan teman baru dan membangun komunitas; lebih mengedepankan kesetaraan di antara penggunanya (egaliter) – bukan berlandas popularitas sehingga menghindarkan elitisme.

Milenial Akar Rumput Indonesia Kurang Minati Politik

Tingginya minat berupa aktif di media sosial dan chatting mempertegas pergeseran personalitas ekonomi digital yang tak lagi terbatas pada transaksi tradisional seperti pembelian barang. Ekonomi digital justru dinilai sarat aktivitas berbasis pengalaman dan interaksi sosial yang kini juga telah memiliki nilai moneter. Yogrt sendiri telah menghadirkan fitur pendukungnya, antara lain Grup, Live Content ataupun Game.

7 Juta Pengguna

Unduhan aplikasi Yogrt yang telah mencapai sekitar 7 juta pengguna, juga adanya lebih dari 40 ribu komunitas bentukan, memberi bukti bahwa milenial akar rumput Indonesia memiliki ketertarikan tinggi terhadap kegiatan ekonomi digital berbasis pengalaman dan interaksi sosial. Tak berhenti pada inovasi aplikasi, demi melecut ekonomi digital milenial akar rumput Indonesia, saat ini Yogrt tengah membangun sebuah sistem ekosistem yang akan mencakup layanan e-commerce dan e-payment untuk kepraktisan berbelanja dan bertransaksi daring.

Bisnis Yang terencana

“Melalui ekosistem ini, Yogrt meyakini bisa meraih pasar lebih luas, terutama milenial akar rumput Indonesia yang belum banyak terjangkau.  Hasil ‘Studi Yogrt 2017’ semakin menguatkan kami bahwa Yogrt berada di arah bisnis yang terencana. Kami optimis, target 20 juta pengguna pada 2019 akan tercapai,” ungkap Jason.

Yogrt

Lahir pada 2014, tak identik dengan media sosial lainnya, Yogrt memberi kesegaran baru yang memungkinkan pengguna untuk dapat dilihat, didengar dan saling terhubung. Dari segi aktivitas, Yogrt berkomitmen untuk terus mengangkat tradisi lokal – salah satu caranya dengan menyanding momen-momen besar ala Indonesia. Beberapa kegiatan tersebut, baik di dalam aplikasi ataupun tatap muka, antara lain; Yogrt Pesta’in Sekampung – halal bi halal Lebaran, #YogrtIdulAdha, Live Streaming 17-an Lima Kota, dan yang baru saja digelar akhir Oktober lalu, Yogrt Layar Tancep Night – sebagai bagian dari perayaan hari jadi ketiga Yogrt.

milenial berkreasi

Lebih lanjut, konsistensi Yogrt menginisiasi ragam kegiatan kreatif juga guna memantik semangat para pengguna untuk berinovasi dan berkreasi sehingga perlahan tertanam keinginan mengambil risiko dan berkarya. Pun, untuk memancing milenial akar rumput Indonesia pada bahasan lain di luar minat utama mereka, Yogrt dapat berperan sebagai agen sosialisasi untuk mengedukasi para penggunanya. Contohnya, mendorong mereka menggunakan hak pilih saat Pemilu/Pilkada.

Karakter Milenial

“Pada akhirnya hasil ‘Studi Yogrt 2017’ mempertegas posisi Yogrt sebagai aplikasi media sosial yang memahami masyarakat Indonesia. Bukan hanya memberi faedah bagi Yogrt, harapan kami temuan ini dapat membantu banyak pihak. Kami percaya, dengan mengenali karakter milenial akar rumput Indonesia, bersama, kita bisa merumuskan pendekatan yang sesuai sehingga membuka potensi kalangan muda ini untuk membangun dan memberikan kontribusi positif bagi Indonesia,” tutup Jason.

 

 

capai 1 Juta Pesanan dalam 24 Jam, Shopee Pecahkan Rekor !

Komentar pembaca