Di sektor Hulu, Pertamina telah move on dengan metode dan teknologi pengeboran yang tidak biasa, hingga pendekatan teknologi pengurasan minyak tahap lanjut. Penerapan teknologi laut dalam dan penerapan teknologi terkini di dunia migas yakni Enhanced Oil Recovery (EOR) yang telah dijalankan Pertamina, terbukti mampu meningkatkan produksi migas, meskipun lapangan migas sudah mature.
“Pada 2018 produksi minyak dan gas Pertamina dalam negeri tercatat mencapai 768 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) atau 42 persen lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi migas pada 2017 sebesar 542 MBOEPD,” tegas Arya.
Di sektor Pengolahan, Pertamina juga telah move on dengan memulai sejarah baru dalam pengolahan energi dari energi fosil menuju green energy. Pertamina menjadi perusahaan migas pertama di Indonesia yang telah berhasil mengembangkan green refinery.
“Di kilang Plaju, Sumatera Selatan Pertamina telah berhasil melakukan co processing RBDPO (minyak sawit) dengan Crude Oil, yang menghasilkan green fuel lebih ramah lingkungan sebanyak 405 ribu barel per bulan setara 64.500 kilo liter per bulan, serta menghasilkan produksi elpiji ramah lingkungan sebanyak 11.000 ton per bulan,” imbuh Arya.
Sebagai lanjutannya, Pertamina telah menjalin kesepakatan dengan ENI, perusahaan migas asal Italia yang merupakan pelopor transformasi green refinery di dunia, untuk mengembangkan Green Refinery dalam skala nasional pada kilang-kilang Pertamina sehingga akan menghasilkan biofuel, bio LPG dan bio avtur.