Jakarta – Rangkaian Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ pada episode pertama di Kepulauan Sangihe ini pembahasan yang diangkat yakni Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial.
Pembicara pertama webinar kali ini disampaikan oleh Ade Iva Murty yang mengambil tema Pemakaian Media Sosial yang Aman, Positif, dan kreatif. Ia menjelaskan, berdasarkan riset ahli psikologi terdapat beberapa alasan orang-orang untuk menggunakan media sosial. Antara lain, kebutuhan pertemanan, mencari dukungan akan kegiatan luring yang dimiliki, mengoneksikan diri kembali dengan sahabat lama, sedang terisolasi sehingga butuh sahabat daring, butuh forum untuk suarakan pendapat, keinginan menampilkan diri, serta masuk bagian suatu komunitas.
Menurut Ade Iva, persoalan yang belakangan ini muncul adalah banyaknya warganet yang kurang pandai dalam membedakan hubungan ikatan media sosial dengan ikatan riil dengan orang lain.
“Kehangatan hubungan sosial hanya bisa dirasakan dengan tatap muka. Komunikasi di media sosial hanyalah tingkah yang dibuat untuk mendapatkan respon orang lain. Oleh karena itu, harus selalu diingat media sosial itu adalah ranah publik dan jangan jadikan atau anggap itu sebagai wilayah pribadi” kata dia.
Selanjutnya, M Jafar Bua membawakan paparan materi yang kedua dengan tema Bebas namun Terbatas Berekspresi di Media sosial. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain ataupun dengan komunitas masyarakat, maka tak lepas dengan istilah yang dikenal netiket yang merupakan kependekan dari networking (hubungan sosial) dan etiket. Menurut dia, netiket di media sosial pun beragam, tergantung dengan platform apa yang sedang dipakai.
Tidak ada kode etik yang ketat untuk mengatur para warganet untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan, tidak ada batasan yang jelas di media sosial untuk menyampaikan suatu kiriman, di sana ada kiriman berita bohong, ungkapan yang provokatif, kisah kegembiraan, kesedihan seseorang, ataupun hal negatif lainnya.
“Sehingga terkadang pemilik akun media sosial lainnya terpancing. Nah, kita yang sudah paham akan netiket punya tanggung jawab untuk menularkannya kepada orang lain. Langkah awalnya mungkin dengan mencontohkan nada positif yang digunakan ketika menulis di linimasa” Ujar Jafar.
Dengan begitu, masing-masing orang yang telah masuk ke ranah media sosial akan dapat dengan mudah dilacak perjalanannya di jagat maya atau yang dikenal dengan istilah jejak digital atau digital footprint.
“Tipe yang pasif ini mungkin yang cenderung berbahaya karena dilakukan tanpa disadari. Contoh kecilnya, ketika seseorang menggunakan aplikasi Google Maps sebagai penunjuk arah, kalau history location diaktifkan. Ya selesai sudah, Google tahu kita naik sepeda, naik motor, Google tahu kita makan siang di mana, Google tahu kita mampir di hotel seberapa lama” jelas dia.
“Memang ada beberapa orang yang secara sengaja menulis status untuk menyinggung seseorang dan pihak lain, sebab walaupun dengan bahasa yang benar pun risiko salah paham pun bisa terjadi” papar Yingtze Lyvia Gunde.
Sejumlah catatan yang harus diperhatikan dalam bermedia sosial, antara lain memilih penggunaan bahasa yang baik dan benar, menghargai orang lain, mengontrol konten yang akan dikirim, menghindari over-posting, utamakan preferensi bukan plagiasi, hindari penyebaran isu SARA dan pornografi serta aksi kekerasan, rajin memeriksa kebenaran berita dari media sosial, serta jangan terlalu mengumbar informasi yang menyangkut pribadi.