• 29 Maret 2024 22:04
JakartaBuah pemikiran penting dari RA Kartini, yang menjadikannya ikon dari pemberdayaan perempuan Indonesia adalah bagaimana perempuan bisa memiliki kesempatan yang sama dalam menjalani peran dan meraih mimpi yang dicita-citakan. Kesempatan untuk meraih pendidikan terbaik, kesempatan untuk menentukan pilihan dalam kehidupan, kesempatan untuk memberdayakan diri dan lingkungan.

Partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, kesehatan dan kelangsungan hidup, serta pemberdayaan politik menjadi 4 faktor yang mempengaruhi penilaian. Ini berarti, peran aktif perempuan dalam kemajuan bangsa masih memiliki ruang untuk terus ditingkatkan.

“Peningkatan dan penguatan partisipasi dan peran perempuan di berbagai sektor termasuk peternakan, menjadi upaya yang penting dilakukan untuk meningkatkan TPAK Nasional, sekaligus meningkatkan pendapatan perempuan untuk kesejahteraannya dan pertumbuhan ekonomi nasional” Ujar Eni Widiyanti, S.E., MPP., M.S.E

Sosok peternak perempuan asal Jawa Barat berusia 40 tahun, Nenih, sayangnya belum sempat memiliki kesempatan untuk meraih pendidikan terbaik. Sejak kecil, ayahnya telah meninggal dunia, dan sang ibu berjuang seorang diri sebagai peternak sapi perah, membiayai dan membesarkan Nenih dan ke-4 kakaknya. Keterbatasan membuat Nenih hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Dasar.

Dari sang ibu, Nenih belajar arti perjuangan. Pesan dan kecintaan pada ibunya pula, yang memicu Nenih untuk bisa menjadi perempuan yang lebih berdaya. Inilah mengapa, ketika mulai membina rumah tangganya sendiri, Nenih bertekad untuk memampukan diri, agar juga bisa memiliki penghasilan sendiri.

Nenih bersyukur, memiliki suami yang juga mendukung semangatnya ini. Dimulai dari merawat sapi orang lain dengan sistem bagi hasil, pada 2011 Nenih akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk membeli satu sapi perah miliknya sendiri.

“Saya juga ingin jalanin pesan ibu saya, untuk bisa terus jadi peternak. Jadi saya harus terus maju, tentunya dengan dukungan dari keluarga juga” kata perempuan yang akrab dipanggil Teh Nenih ini.

Menjadi bagian dari inisiatif Dairy Development Program yang diusung Frisian Flag Indonesia, pada 2019, Nenih terbang ke Belanda untuk mempelajari cara mengelola peternakan sapi perah, langsung dari para peternak di Friesland.

Dari hasil usahanya, Nenih kini memiliki rumah yang lebih nyaman, serta kandang yang lebih luas untuk menampung 11 sapi perah miliknya. Lebih dari itu, bersama suami, Nenih berhasil memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anaknya.

Putra pertamanya bahkan saat ini telah berhasil mandiri, dan menjadi anggota koperasi sapi perah di Jawa Barat. Sementara putra keduanya tengah menjalani pendidikan sebagai siswa SMA.

Tak hanya untuk keluarga, kebermanfaatan juga terus Nenih tebarkan kepada rekan sesama peternak sapi perah di sekitarnya, dengan membagi ilmu dan pengalaman terkait peternakan yang dimilikinya.

Program Dairy Development Program (DDP) yang bekerjasama dengan mitra koperasi, menggelar serangkaian pelatihan intensif kepada peternak perempuan Indonesia. Berbagai program pendampingan dan pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas susu segar dalam negeri, serta turut meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para peternak perempuan di Indonesia.

“Sebagai perusahaan, FRISIAN FLAG berharap untuk dapat terus mendampingi para perempuan di Indonesia untuk dapat terus #MelajuKuatBersama, serta memberikan akses dan kesempatan bagi para peternak perempuan, untuk lebih berdaya dan bermakna bagi sekitarnya” pangkas Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro.

By Syaidah Azahra

Gadis kelahiran tahun 2000 yg masih kuliah di salah satu universitas, yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Gadis pemalu ini bergabung di lensautama.com sebagai penulis untuk menyalurkan hobi nya.

Komentar pembaca