HIMPUH Prediksikan Hingga Februari Kasus Gagal Berangkat Jamaah Masih Ada

Lensautama.com –  Terkait adanya isu kenaikan Ppn sebesar 5% bea haji dan umrah dari pemerintah Arab Saudi, maka tim redaksi lensautama.com mendatangi kantor Himpuh atau asosiasi yang menangani masalah dan biro perjalanan haji dan umrah.

Dari Himpuh diperoleh keterangan terkait Ppn 5%, bahwa secara umum Himpuh melihat dalam 10 tahun terakhir justru terjadi peningkatan signifikan seperti contohnya jamaah haji regular 10 tahun yang lalu dengan harga sekitar 20-25 jutaan, total jamaah masih sekitar 100-180an jamaah. Namun saat ini saat harga sudah naik dikisaran 35 jutaan, justru pertambahan calon jamaah haji ini bertambah banyak bahkan antrian untuk keberangkatan hingga 40 tahun kedepannya.

“Kenaikan jumlah jamaah juga terjadi pada haji khusus dan umrah. Yang berarti untuk perjalanan ibadah ini dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang berarti dari kenaikan harga maupun Ppn bagi para calon jamaah. Disamping ini bukan perjalanan biasa, tetapi merupakan perjalanan ibadah bagi umat muslim,”demikian keterangan dari Ketua 2 Bid. Dalam Negeri HIMPUH, H. Muharom Ahmad.

Sementara saat disinggung masalah kegagalan berangkat yang belakangan dialami oleh para jamaah baik umrah maupun haji seperti yang baru-baru ini terjadi di Riau, Muharom mengatakan bahwa sejak tahun 2012 yang lalu, tepatnya di bulan Maret 2012 Himpuh mengadakan seminar yang dihadiri oleh perwakilan Kemenag, kepolisian dan TNI, serta pelaku usaha biro perjalanan, hingga jamaah dan calon jamaah haji dan umrah.

Saat itu pengurus Himpuh pernah mengingatkan bahwa masalah kegagalan berangkat para jamaah secara massal ibarat bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Dan prediksi ini mulai tampak terjadi ditahun 2015 sampai puncaknya 2017 dengan kejadian yang dialami FT, sebuah biro perjalanan ibadah haji dan umrah.

“Ada dua faktor yang yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan berangkat ini, yaitu yang pertama adanya pola recruitment jamaah yang tidak sehat dan kedua adalah harga yang juga tidak sehat,”jelas Muharom.

Sebenarnya akar dari permasalahan ini bukan dari perusahaan biro perjalanannya, melainkan terjadi karena adanya jejaring usaha yang tidak bertanggung jawab terhadap urusan keberangkatan. Ini disebabkan motivasi mereka memang bukan mengurus jamaah yang sebenar-benarnya, tetapi lebih pada orientasi bagaimana mereka mendapatkan uang secara mudah dan bertahan hidup dari cara yang demikian.

Kebanyakan para jamaah yang mengalami kegagalan ini adalah mereka yang mendaftar satu atau dua tahun lalu, dalam artian bukan yang saat ini baru mendaftar. Oleh sebab itu Himpuh kembali mengingatkan kepada para calon jamaah baik haji maupun umrah untuk berhati-hati memilih biro perjalanan, dan juga harga murah yang ditawarkan.

Travel yang baik dan benar adalah mereka yang memberikan servis dan pelayanan maksimal terhadap para calon ataupun jamaahnya, karena dengan begitu mereka berharap para jamaah ini dapat memberikan referensi travel yang dipakai kepada calon jamaah yang lain. Sedangkan travel yang tidak memperhatikan jamaah dengan memberikan pelayanan dan informasi yang minim sebaiknya jangan dipilih, karena beresiko terjadinya kegagalan berangkat.

Komentar pembaca