lensauatama — Dalam sebuah langkah bersejarah, Federasi Diabetes Internasional (IDF) secara resmi mengakui diabetes tipe 5 sebagai jenis baru penyakit diabetes.
Pengumuman ini disampaikan dalam Kongres Diabetes Dunia yang digelar di Bangkok, Thailand, sekaligus menandai dimulainya pembentukan kelompok kerja untuk mengembangkan kriteria diagnostik dan panduan terapi yang spesifik bagi kondisi ini.
“Pengakuan diabetes tipe 5 menandai perubahan besar dalam pendekatan global terhadap penanganan diabetes. Kondisi ini telah lama tidak dikenali dan mempengaruhi jutaan orang, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas” kata Prof. Peter Schwarz, Presiden IDF, melalui situs resminya.
Diabetes, yang juga dikenal sebagai malnutrition-related diabetes, merupakan bentuk diabetes yang berkembang akibat malnutrisi kronis, terutama kekurangan energi dan protein.
Berbeda dari diabetes tipe 1 yang disebabkan reaksi autoimun, dan tipe 2 yang berakar pada resistensi insulin, diabetes tipe 5 muncul karena pankreas kehilangan kemampuannya memproduksi insulin secara optimal akibat kekurangan gizi jangka panjang.
Dr. Hawkins, pemimpin penelitian terkini tentang tipe ini, menyatakan bahwa meskipun telah diamati sejak pertengahan abad ke-20, diabetes tipe 5 sering kali salah diklasifikasikan sebagai tipe 1 atau 2, sehingga luput dari penanganan yang tepat.
Menurut laporan Alodoc, diabetes tipe 5 paling sering menyerang anak-anak, remaja, dan dewasa muda, khususnya mereka yang mengalami kekurangan gizi sejak usia dini.
Kelompok usia paling rentan yaitu laki-laki berusia 12–17 tahun dan perempuan 9–15 tahun. Lingkungan dengan keterbatasan pangan, buruknya sanitasi, serta infeksi pencernaan berulang menjadi faktor risiko utama.
Ciri fisik pengidap diabetes juga sangat berbeda dari tipe lainnya. Seperti dijelaskan oleh dr. Decsa Medika Hertanto, seorang internist konsultan ginjal dan hipertensi, penderita diabetes umumnya memiliki tubuh kurus, namun hasil pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah yang sangat tinggi dan sudah berlangsung lama.
“Kondisi ini banyak ditemukan pada muda-mudi di negara dengan ekonomi rendah hingga menengah, dan sering kali tidak disadari hingga muncul komplikasi serius” ujarnya dalam unggahan di akun Instagram @dokterdecsa.
Mengingat diabetes banyak terjadi di wilayah dengan sumber daya terbatas, IDF menekankan pentingnya pendekatan pengobatan yang hemat biaya. Kabar baiknya, tidak seperti tipe 1 yang memerlukan suntikan insulin, banyak penderita diabetes tipe 5 dapat dikelola dengan pengobatan oral.
Langkah IDF ini membuka peluang bagi negara-negara berkembang untuk menyusun kebijakan kesehatan yang lebih inklusif dan akurat dalam menangani epidemi diabetes.
Dengan meningkatnya kesadaran, diharapkan penanganan diabetes secara global menjadi lebih adaptif dan menyeluruh, terutama dalam konteks sosial dan ekonomi yang berbeda.