Kiat Berbelanja Daring Tanpa Terjebak Perilaku Impulsif

Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bekerja sama dengan gerakan nasional literasi digital Siber Kreasi mengadakan sesi webinar ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi.

Kali ini giliran masyarakat Barru, Sulawesi Selatan, yang berkesempatan mengikuti webinar bertajuk “Bagaimana Berbelanja Online dengan Dompet Digital” yang digelar pada Selasa, 8 Juni 2021.

Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Saat ini belanja daring sangat diminati karena lebih praktis, mudah, dan nyaman. Pembayaran di lokapasar atau situs belanja daring juga kian mudah dengan adanya dompet digital. Menurut Adven, kecanggihan dompet digital harus dimanfaatkan, tapi harus juga diwaspadai risiko-risikonya. Dia pun lantas memberikan tips dalam memilih dompet digital.

“Kenali masing-masing karakteristik dari setiap dompet digital dan tentukan peruntukannya untuk apa saja? Hal penting lainnya adalah menentukan kebutuhan apa saja yang jadi prioritas sehingga kita bisa terhindar dari kebiasaan berbelanja berlebihan hanya karena memenuhi keinginan ketimbang kebutuhan” ujar Adven.

Bahwasanya dalam bertransaksi belanja daring, pembeli dan penjual harus saling menghargai dan memperhatikan etika. Bagi pembeli, agar nyaman berbelanja daring, sebaiknya kenali dulu profil penjual atau toko daringnya, kenali juga produknya, bandingkan harganya, dan pilih pembayaran yang aman.

“Manfaatkan fitur chatting untuk berinteraksi dengan penjual. Lalu, kalau kita puas dengan barang yang dijual, hendaknya kita berikan testimoni karena ini akan bermanfaat bagi calon pembeli selanjutnya” ucapnya.

Menurut data statistik, pada 2018 sebanyak 1,8 miliar penduduk dunia membeli barang secara daring. Ini menunjukkan bahwa digital tak terelakkan dan telah menjadi gaya hidup atau budaya baru masyarakat modern. Agar tidak terjebak pada perilaku belanja berlebihan atau impulsif, Anhar menyarankan pengaturan proporsi anggaran yang sehat dengan formulasi 50/30/20.

“Jadi, dari 100 persen pendapatan, alokasikan 50 persen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, 30 persen untuk memenuhi keinginan seperti belanja dan hiburan, serta 20 persen untuk ditabung” tuturnya.

Suwito Pomalingo, menjelaskan berbagai risiko keamanan belanja daring, salah satunya adalah pencurian identitas pribadi. Pada dasarnya penjahat dunia maya bertujuan mencuri sebanyak mungkin informasi pribadi seperti nama lengkap, nomor ponsel, alamat email, alamat fisik.

“Maka dari itu, jangan semua data kita umbar. Saat berbelanja daring juga perhatikan keamanan, misalnya dengan tidak menggunakan koneksi WiFi di tempat umum” tandasnya.

Kegiatan Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi diselenggarakan secara virtual mulai bulan Mei hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi informatif yang pastinya disampaikan oleh para narasumber terpercaya.

Komentar pembaca