• 29 Maret 2024 20:30
Jakarta – Banyaknya pertanyaan dan juga kegelisahan para professional Muslimah akhir-akhir ini mengenai persoalan sehari-hari yang mereka hadapi seputar vaksin Covid-19 yang tidak ada habisnya. Melalui Nina Nugroho Solutions di akun instagram @ninanugrohostore, memberikan jawaban atas kegelisahan itu semua dengan membahasnya bersama pengamat vaksin apt Drs Djoharsjah mengenai Vaksin Covid-19 beberapa waktu yang lalu.

Dalam kesempatan ini, apt Drs Djoharsjah pakar vaksin yang juga mantan Direksi PT Biofarma, satu-satunya BUMN yang memproduksi vaksin untuk manusia di Indonesia, secara jelas memaparkan bagaimana proses pembuatan vaksin Covid-19 dilakukan, sehingga dalam waktu satu tahun sudah dapat digunakan.

Apt Drs Djoharsjah mengatakan, Covid-19 ini disebabkan oleh virus SARSCov-2, Severe Acute Respiratory Sindrom, jenis virus yang masuk dalam kelompok corona yang beberapa tahun lalu sudah pernah ada yaitu MERS (Midle East Respiratory Sindrome), yang muncul dimulai dari Timur Tengah dan SARS. Pada waktu itu sudah ada kekhawatiran bahwa infeksi itu akan menjadi pandemi, meluas, sehingga pakar dari segala penjuru dunia sudah mulai mencari vaksinnya.

‘’Syukurnya kedua penyakit tersebut mereda, sehingga dasar mencari vaksin kedua penyakit itu disimpan dulu. Sekarang muncul penyakit yang disebabkan SARSCov-2, dalam banyak hal sangat mirip dengan SARS dan MERS yang awalnya vaksinnya sudah mulai dicari. Keilmuan

dan informasi awal saat mencari vaksin MERS dan SARS itu sangat berguna untuk langsung digunakan dalam mencari vaksin Covid-19,’’ jelas Djoharsjah.

Di episode ke 73 kali ini bersama Nina Nugroho, desainer busana muslim kerja professional ini menjelaskan, bahwa vaksin covid ini ditemukan bisa lebih cepat, karena sebagian ilmu awal sudah ada dikantong peneliti, ilmuwan, sehingga saat mulai mencari vaksin Covid-19 ini sudah bukan dari titik nol lagi.

‘’Itu yang pertama. Kedua, dalam dua tiga tahun terakhir, telah terjadi begitu banyak kemajuan teknologi di bidang computer yang dapat dipergunakan didalam proses pencarian vaksin ini. Teknologi computer ini sangat membantu mempercepat penemuan vaksin Covid-19,’’ tuturnya.

Ketiga adalah dengan pendekatan manajerial. Dalam proses normal, upaya pencarian sebuah vaksin baru, tahapan awalnya adalah memastikan bahwa vaksin tersebut aman. Keamanan adalah syarat mutlak. Setelah aman baru kemudian ditinjau efektifitasnya. Untuk memastikan keamanan tersebut, maka dilakukan dengan uji pra klinis kepada hewan percobaan. Dari hasil uji pra klinis itu, akan dapat dipastikan, keamanannya bila diujicobakan kepada manusia, melalui uji klinis fase 1, fase 2 dan fase 3. Sejak uji klinis fase 1, dimana pesertanya adalah manusia, tidak boleh ada peserta uji klinis yang nanti menjadi korban. Karena itu uji pra klinis kepada hewan percobaan sangat penting.

Pada uji klinis fase 1, diuji cobakan kepada manusia dalam jumlah sedikit. Dalam fase ini, fokus penelitian adalah pada faktor keamanan. Bila terbukti aman, kemudian dilanjutkan ke uji klinis fase 2 dengan jumlah orang yang terlibat lebih banyak. Arah yang dicari bukan hanya memperdalam soal keamanan, tetapi sudah mulai melebar kepada masalah kemanjuran vaksin. Pada uji klinis fase 3 sudah mulai dengan jumlah yang lebih besar dengan tempat penelitian harus lebih dari 1, atau disebut multicenter. Dalam hal vaksin Sinovac, uji coba dilakukan Turki, Brasil dan Indonesia dengan sasaran populasi yang berbeda-beda.

Dalam keadaan bukan pandemi, hasil uji klinis fase 1 itu harus dianalisa terlebih dulu, dan bisa membutuhkan waktu beberapa bulan, sebelum bisa melanjutkan ke uji klinis fase 2. Begitu juga dari fase 2 ke fase 3. Tapi dalam kondisi pandemi ini dilakukan perubahan manajemen, dimana uji fase 1 dan fase 2 dilakukan secara serentak di tempat yang berbeda. Di satu tempat uji dengan protokol fase 1, lalu dilakukan secara paralel dan independent di tempat lain untuk uji fase 2.

‘’Tapi resikonya adalah kalau dalam uji fase klinik fase 1 ternyata dinyatakan gagal, maka uji klinik fase 2 ini dianggap tidak berlaku. Tidak bisa dipakai. Jadi perubahan manajemen itu sudah mempersingkat waktu, karena dia bisa jalan parallel tidak harus saling menunggu. Jadi kenapa vaksin covid bisa ditemukan lebih cepat, dibanding vaksin lain yang justru lama sekali tidak ketemu,’’ ungkap Djoharsjah.

Djoharsjah menceritakan pengalamannya saat memperkenalkan vaksin Hepatitis B di Indonesia. Penyakitnya sendiri sudah ditemukan sejak belasan tahun, tapi mencari vaksinnya ternyata tidak mudah, dengan keilmuan yang ada pada waktu itu.

‘’Di pertengahan tahun 1980an akhirnya vaksin Hepatitis B ditemukan, ketika para ilmuwan mau merubah pola pikirnya dalam upaya menemukan vaksin ini. Sejak itu, ilmu pengetahuan terus berkembang. Sekarang sudah tahun 2021, perkembangan sains sudah luar biasa, ditambah perkembangan teknologi computer yang sangat mendukung, sehingga Alhamdulillah, vaksin Covid-19 bisa segera ditemukan. Semoga pandemic Covid-19 ini bisa segera diatasi,’’ tutur Djoharsjah.

By Syaidah Azahra

Gadis kelahiran tahun 2000 yg masih kuliah di salah satu universitas, yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Gadis pemalu ini bergabung di lensautama.com sebagai penulis untuk menyalurkan hobi nya.

Komentar pembaca