Jakarta – Setiap tahun para pelaku industri otomotif di Indonesia gencar menghadirkan produk baru, demi memenuhi kebutuhan konsumen. Pameran digelar, dan diskon disebar untuk menarik minat masyarakat.
Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian menjelaskan, industri otomotif memang sensitif terhadap perubahan global. Ada peningkatan harga minyak, penjualan otomotif turun sampai 40% di 2006. Kemudian ada krisis Lehman di 2009, turun lagi 19-22%.
“Pada 2015 rupiah sempat melemah dan ekonomi global mengalami perlambatan ini menyebabkan turunnya angka penjualan produk otomotif sebanyak 16%, dan produksi sebesar 15%” imbuhnya
“Pada saat pandemi memang yang paling terpuruk adalah sektor otomotif dan ini funsi ekonominya sangat besar, jadi nilainya itu hampir 10 persen dari konreibusi sektor industri, sektro industrinya mendekati 20-10 persennya itu sekyor otomotif” Ujar Taufiek.
“Potret industri otomotif roda dua atau lebih, itu ada sekira 18 industri. Produksinya kemarin itu 1,28 juta, kapasitas kita sekira 2,28 juta itu menyerap tenaga kerja sekira 38,47 ribu orang tapi tidak lagsung-nya tadi IKM-IKM, sektor indsutri yang terkait itu sampai eksosistemnya 1,5 juta orang” tambahnya
“Kemudian investasinya sampai dengan 2019, sekira 19,87 triliun dan ini investasi sektor otomotif juga nanti dengan adanya kebijakan mobil listrik tentunya harapan kita akan tumbuh ke depan baik hybrid maupun berbasis baterai” jelas Taufiek.
Taufiek menambahkan, saat ini sudah ada 26 pabrik/perusahaan yang sudah berdiri di Indonesia dengan total produksi (2019) mencapai 7,29 juta unit dan kapasitas produksi mencapai 9,53 juta unit/tahun. Serta memperkerjakan 31,91 ribu pekerja dan menginvestasikan dana (hingga 2019) Rp 10,05 triliun. Ini juga masih bisa ditingkatkan dengan rasio kepemilikan sepeda motor yang relatif masih kecil 1 unit motor per 3,5 penduduk.
Menurut Taufiek, saat ini kondisi industri otomotif nasional berangsur membaik, akan tetapi tetap perlu kebijakan dari pemerintah agar situasi bisa kembali seperti normal.
Kukuh Kumara Sekretaris Umum GAIKINDO, menilai sudah saatnya pemerintah membantu mempermudah masyarakat dalam memiliki kendaraan baru di tengah pandemi seperti ini. Dengan memiliki kendaraaan sendiri jelas lebih aman.
“Industri otomotif ini memiliki pengaruh ke sektor lain, hampir 80% pembelian kendaraan bermotor menggunakan jasa keuangan, belum lagi ada sektor asuransi, lalu ada UMKM yang memasok komponen dan sebagainya yang mendorong ekonomi. Kalau otomotif tumbuh maka utilisasi pabrik yang meningkat bisa menyerap lagi tenaga kerja di sektor ini” papar Kukuh.
“Pandemi terbukti telah mengurangi konsumsi akibat daya beli yang berkurang, arena sebagian masyarakat sudah hilang pekerjaan atau berkurang pendapatannya” pangkas Kukuh.