• 29 Maret 2024 00:45

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Meningitis Babi

meningitis babiDr. Lilir Amalini, Sp. S, Dokter Spesialis Saraf RS Evasari Awalbros

Saat ini, penyakit sudah bermacam-macam, mulai dari penyakit biasa hingga yang bisa membahayakan nyawa. Salah satu jenis penyakit yang kini tengah ramai dibicarakan adalah penyakit meningitis babi.

Seperti yang diketahui, Meningitis merupakan penyakit  peradangan selaput otak atau meninges. Penyebabnya bermacam-macam bisa bakteri, jamur, virus atau yang lain.

 

Sementara untuk penyakit Meningitis babimerupakan salah satu jenis meningitis yang disebabkan bakteri gram positif, meningitis streptococcus suis (MSS) yang penularannya dari babi ke manusia.

 

Sama halnya seperti penyakitmeningitis yang lain,”gejalanya antara lain Adanya demam/riwayat demam, perubahan kesadaran, kaku kuduk (nyeri pada tengkuk), sakit kepala dan sering menimbulkan tuli saraf,” ujar Dr. Lilir Amalini, Sp. S, Dokter Spesialis Saraf RS Evasari Awalbros.

Jika seseorang terkena penyakit ini, dampaknya bagi tubuh yang paling sering tuli. Sedangkan gejala lainnya antara lain seperti syok septik, arthritis (radang sendi), pneumonia (radang paru), endocarditis (penyakit jantung), endophthalmitis (infeksi mata) dan peritonitis bacterial (radang perut) hingga ke kematian.

Mengingat cepatnya progesivitas penyakit hanya dalam beberapa hari pasien dapat koma. Jika ada tanda-tanda seperti d iatas, dan adanya riwayat kontak atau makan daging babi, penderita harus dibawa ke dokter untuk pemeriksaan fisik, neurologis dan laboratorium dan jika positif harus segera diterapi dengan antibiotic yang sesuai.

 

Untuk mencegah agar tak lagi terkena penyakit meningitis babi, infeksi dapat dicegah dengan mengobati luka lecet dengna segera, memakai sarung tangan saat menangani daging babi, sepatu boot, cuci tangan dengan yeknik yang benar dan memasak daging sampai benar-benar matang.

Pertolongan harus diberikan dengan segera

Meskipun tergolong penyakit berbahaya, tapi orang yang terkena penyakit ini berpeluang untuk sembuh.

 

“Ketika melakukan pengobatan, tergantung daya tahan tubuh, seberapa cepat terdeteksi dan cepatnya penanganan yang sesuai. Pemberian antibiotic sendiri sekitar 14 hari dan dapat disertai dengan pemberian terapi kortikosteroid. Pasien dapat sembuh total atau eninggalkan gejala sisa seperti gangguan pendengaran. Namun bila terlambat bisa resiko kematian terjadi antara 7-30%,” tutup Dr. Lilir.

By Syaidah Azahra

Gadis kelahiran tahun 2000 yg masih kuliah di salah satu universitas, yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Gadis pemalu ini bergabung di lensautama.com sebagai penulis untuk menyalurkan hobi nya.

Komentar pembaca