IPMG Usung Manifesto Mendorong Penyusunan Strategi Terintegrasi Nasional Guna Mempercepat Akses Obat dan Vaksin Inovatif

Jakarta – International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), yang mewakili perusahaan riset biofarmasi global terkemuka di Indonesia, hari ini mengadakan Forum Diskusi Pemangku Kepentingan untuk pertama kalinya.

Acara ini dihadiri lebih dari 200 pemangku kepentingan yang mewakili kelompok pasien, asosiasi medis, institusi publik, akademisi, perusahaan farmasi dan alat kesehatan, dan pemangku kepentingan utama lainnya, untuk membahas peran penting obat dan vaksin inovatif dalam mewujudkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan mentransformasi lanskap kesehatan di Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kami ingin menyediakan akses dan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Itu adalah prioritas utama kementerian kesehatan.

“Saya sadar akses terhadap obat dan vaksin inovatif di Indonesia masih rendah dan perlu diperbaiki. Jadi saya sejalan dengan BPOM untuk bersama mempercepat proses registrasi dan ketersediaan obat dan vaksin baru ke Indonesia” Ujarnya

Obat dan vaksin inovatif lebih dari sekadar sarana kesehatan tapi juga berperan sebagai katalis untuk kemajuan sosial-ekonomi. Dengan mencegah dan mengobati penyakit, obat dan vaksin inovatif mengurangi beban kesehatan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan di sektor kesehatan.

“Dalam hal produk kesehatan seperti obat dan vaksin inovatif, kita memang memiliki banyak pekerjaan rumah salah satunya mempercepat proses registrasi di Indonesia. Selama ini, kita membutuhkan lebih dari 300 hari kerja untuk menyetujui satu produk obat dan vaksin inovatif” kata Taruna Ikrar, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“Saat ini kami di BPOM berkomitmen untuk mempersingkatnya menjadi 90 hari saja. Hal itu sudah berhasil kami lakukan untuk dua produk anti kanker, dan akan kami lanjutkan untuk produk-produk lainnya” tambahnya

“Kami juga berkomitmen untuk mendukung inovasi dan kolaborasi dengan bekerjasama bersama 53 universitas terkemuka di Indonesia. Karena kami paham bahwa untuk mendapatkan produk obat dan vaksin baru membutuhkan proses yang sangat panjang dari riset dan pengembangan, hingga sertifikasi dan distribusi” jelas Taruna Ikrar

“Kami berharap universitas ini bisa memberikan berbagai ide penelitian baru yang bisa dikembangkan di level industri yang memiliki fasilitas penelitian yang mumpuni sehingga bisa mendukung ekosistem inovasi di bidang Kesehatan” pangkasnya

BPOM juga melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan status pengakuan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai regulator dengan tingkat kematangan level 4 (maturity level 4) pada tahun 2025 dengan memperkuat peran BPOM dalam melindungi kesehatan masyarakat.

Komentar pembaca