Jakarta – Tahun 2020 menjadi tahun yang menantang untuk seluruh pelaku bisnis di sebagian industri, tidak terkecuali industri otomotif.
Berdasarkan data Gaikindo untuk retail sales, market otomotif sampai dengan bulan Mei 2020 ini, market sudah mengalami penurunan sampai 40%, dimana penurunan terbesar ada di segment kendaraan penumpang non sedan, seperti MPV dan SUV.
Penurunan tak hanya terjadi pada segmen kendaraan penumpang seperti Multi Purpose Vehicle (MPV) dan Sport Utility Vehicle (SUV), tapi juga kendaraan komersial.
Isuzu ikut merasakan dampaknya yang mengalami penurunan dengan hanya menjual sebanyak 6.792 unit sampai masuk bulan kelima 2020 ini.
“Isuzu Indonesia juga mengalami penurunan seperti brand otomotif lainnya. Sampai dengan YTD Mei 2020, kami melakukan penjualan sebesar 6.792 unit, turun 27.9% dibandingkan YTD 2019″ Ujar Attias Asril, General Manager PT IAMI
Attias menyebut market share Isuzu malah mengalami pertumbuhan jika dibandingkan tahun lalu di mana dari 2.4% menjadi 2.6%.
“Meski mengalami penurunan penjualan, tapi dari market share kami justru naik. Seperti Isuzu Traga dengan market share 24,8%, Isuzu Elf 22,5% dan Isuzu GIGA di 15,5%” ujarnya.
Menurut Attias Asril, General Manager PT Isuzu Astra Motor Indonesia, kami cukup senang karena Isuzu sudah semakin diterima di kalangan para pebisnis logistik. Karena ditengah pandemi, segment yang masih tetap berjalan seperti segment logistik dan distributor retail justru tumbuh pesat.
“Harapan kami Isuzu bisa menjadi partner sejati dalam setiap langkah perjalanan customer menuju sukses dan dengan Isuzu sebagai partner bisnis mereka, kendaraan komersial Isuzu bisa memaksimalkan keuntungan bisnisnya” paparnya
“Karena ditengah pandemi, segmen yang masih tetap berjalan seperti segmen logistik dan distributor retail justru yang kini semakin tumbuh pesat,” tukasnya.
Ia melanjutkan, saat ini yang dilakukan IAMI di masa pandemi dan pasca pandemi fase new normal agar tetap bisa bertahan adalah dengan membuat dua skenario.
Seiring berjalannya waktu, lanjut dia, perusahaan menyiapkan dua skenario yakni reaksi (reaction) dan resesi (recession) agar lini bisnisnya tetap bisa berjalan memberikan yang terbaik kepada pelanggan.
“Pertama, di reaction kita menyiapkan protokol kesehatan tentunya, harus cuci tangan pakai masker dan sebagainya. Lalu kita tetap menjaga hubungan baik dengan memberi informasi rutin kepada seluruh stakeholder kita dan juga tentunya kita meninjau semua persyaratan kontrak baik IAMI maupun diler, kita review lagi, kita tinjau ulang, kita negosiasi,” imbuhnya
“Ketiganya itu kita sebut sebagai ekosistemnya IAMI, karena kita tidak bisa berdiri sendiri. Itu rutin kita monitor, ada yang masih oke dan mengalami kesulitan dan sebagainya. Kemudian kita juga menyiapkan assesment untuk berbagai macam skenario yang mungkin terjadi” pangkas Attias.