lensautama – OJK memprediksi lonjakan utang pinjol jelang Lebaran akibat kebutuhan tinggi masyarakat. Simak analisis dampaknya serta cara menghindari jeratan pinjaman online.
Menjelang Lebaran 2025, kebutuhan masyarakat meningkat drastis. Sayangnya, pendapatan tidak selalu sebanding dengan pengeluaran, sehingga banyak orang mencari solusi melalui utang pinjol atau pinjaman online. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi bahwa tren ini akan kembali terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Agusman, pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) dan industri fintech lending menunjukkan kenaikan signifikan.
Data terbaru menunjukkan bahwa pada Januari 2025, outstanding pembiayaan BNPL tumbuh 41,9% secara tahunan (yoy) dengan nominal mencapai Rp 7,12 triliun, sementara industri pinjol tumbuh 29,94% yoy dengan total pembiayaan mencapai Rp 78,50 triliun.
Meski angka kredit macet atau Non-Performing Financing (NPF) masih dalam batas aman di 3,37% untuk BNPL dan 2,52% untuk pinjol, OJK mengingatkan agar lonjakan utang ini tetap terkontrol guna menghindari risiko finansial yang lebih besar pasca Lebaran.
Berdasarkan data Mandiri Spending Index (MSI), belanja masyarakat kalangan bawah mengalami pelemahan. Namun, belanja kebutuhan pokok seperti makanan dan supermarket meningkat hingga 35,6%. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak orang mengalihkan anggaran untuk kebutuhan primer, sementara kebutuhan sekunder dan hiburan mulai berkurang.
Dengan daya beli yang menurun dan tabungan yang semakin tergerus, masyarakat cenderung beralih ke utang pinjol sebagai solusi cepat untuk menutupi pengeluaran Lebaran. Tren ini serupa dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana lonjakan pinjaman online sering terjadi sebelum dan sesudah Lebaran akibat kebutuhan mudik, konsumsi, dan wisata.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengingatkan bahwa peningkatan utang pinjol bisa berujung pada lonjakan kredit macet pasca Lebaran. Biasanya, setelah dua hingga tiga bulan pasca Idulfitri, banyak masyarakat yang mengalami kesulitan membayar cicilan karena beban keuangan yang menumpuk.
“Masyarakat harus bijak dalam menggunakan pinjaman online, terutama untuk keperluan konsumtif seperti mudik atau wisata. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa berakhir dengan utang menumpuk dan dikejar-kejar oleh debt collector” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyoroti pentingnya peran koperasi desa dalam membantu masyarakat mengakses pembiayaan yang lebih aman. Menurutnya, koperasi bisa menjadi alternatif dibandingkan pinjol ilegal atau rentenir yang sulit dimintai pertanggungjawaban secara hukum.
Lonjakan utang pinjol jelang Lebaran sudah menjadi tren tahunan yang dipicu oleh kebutuhan tinggi masyarakat. Meski pinjaman online bisa menjadi solusi cepat, penggunaan yang tidak bijak dapat berujung pada masalah keuangan serius pasca Lebaran.