.
Seperti tahun-tahun sebelumnya sejak penerbitan pinjaman sindikasi yang pertama, Perusahaan akan melakukan lindung nilai penuh (fully-hedged) ke dalam mata uang rupiah untuk memitigasi risiko mata uang (currency risk) dan suku bunga (interest rate risk) mengingat kegiatan pembiayaan Adira Finance menggunakan mata uang rupiah dan suku bunga pembiayaan yang tetap.
“Kami berhasil merampungkan pinjaman sindikasi ketujuh di tahun 2019. Seperti tahun lalu, fasilitas ini akan dipergunakan untuk mendukung bisnis pembiayaan di Indonesia dan akan digunakan untuk membantu pencapaian pertumbuhan pembiayaan sebesar 5%-10% di tahun 2019.”
Belum lama ini Adira Finance juga mendapatkan pemeringkat dari credit Internasional yaitu dari Moody’s dan Fitch masing-masing dengan peringkat Baa2 dan BBB (investmentgrade) yang merupakan rating yang sama dengan Republik Indonesia.
“Kami berharap bahwa dengan memperoleh peringkat tersebut dapat memperkuat posisi pasar dan tingkat kepercayaan di komunitas keuangan, sehingga kami mendapatkan kesempatan untuk terus berupaya memperoleh sumber pendanaan yang kompetitif,” jelas Hafid Hadeli, Direktur Utama Adira Finance.
Adira Finance terus mendiversifikasi sumber dananya sehubungan dengan pertumbuhan kebutuhan pendanaan perusahaan. Investor kami berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Singapura dan Taiwan.
Adapun fasilitas pinjaman dalam mata uang asing memberikan kontribusi sebesar 36% atas pendanaan sendiri Perusahaan yang mencapai Rp22 triliun pada akhir tahun 2018.
Sekitar 18% dari pendanaan sendiri merupakan pinjaman dari bank lokal dan 46% berasal dari pendanaan dari pasar modal berupa obligasi dan sukuk mudharabah.
“Dengan gearing ratio pada level 3,1 kali, Perusahaan memiliki ruang gerak yang luas dalam mencari pendanaan kedepannya untuk memenuhi kebutuhan penyaluran pembiayaan baru,” papar I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan Perusahaan.
.