Indonesia Siap Tambah Jet Tempur, Pemerintah Gelontorkan Rp 148 Triliun untuk Modernisasi TNI

Jakarta Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan resmi menyetujui anggaran Rp 148 triliun untuk modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI, termasuk pembelian jet tempur Chengdu J-10 dari China.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat kekuatan pertahanan udara nasional, sekaligus mendukung transformasi besar-besaran di tubuh TNI Angkatan Udara (TNI AU).

Anggaran senilai 9 miliar dolar AS ini diajukan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan disetujui untuk realisasi pada tahun anggaran 2026. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa dana tersebut telah dialokasikan dan siap digunakan, meskipun beberapa rincian teknis masih perlu dikonfirmasi.

Sekitar 9 miliar dolar Amerika kalau nggak salah atau lebih. Sudah disetujui. Jadi, harusnya sudah siap semuaungkap Purbaya di Jakarta.

Jet tempur Chengdu J-10, yang juga dikenal dengan nama Vigorous Dragon, merupakan pesawat multirole generasi keempat buatan Chengdu Aircraft Industry Group, anak perusahaan dari Aviation Industry Corporation of China (AVIC).

Dirancang untuk berbagai misi udara, J-10 memiliki kelincahan tinggi berkat konfigurasi canard delta-wing, serta mampu membawa rudal udara-ke-udara PL-15 dan PL-12, serta bom berpemandu presisi tinggi.

Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin membenarkan bahwa pesawat ini akan digunakan oleh TNI AU dan dalam waktu dekat akan tiba di Indonesia.

Sebentar lagi (J-10C) terbang di Jakarta” ujar Sjafrie, di Kantor Kemhan, Jakarta.

Meski pembelian jet tempur sudah direncanakan, TNI AU menegaskan bahwa semua proses pengadaan masih menjadi wewenang Kemhan. TNI AU berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk mengoperasikan armada baru tersebut.

“Kami dari TNI AU hanya menyiapkan SDM-nya, apa-apa yang dipersyaratkan jika Kemhan membeli pesawat tersebut” kata Marsekal Pertama I Nyoman Suadnyana, Kepala Dinas Penerangan TNI AU.

Nyoman juga menambahkan bahwa proses kedatangan jet tempur tidak instan. Pengalaman pengadaan Rafale dari Prancis pada tahun 2022 menunjukkan bahwa perlu waktu 3 hingga 4 tahun sebelum unit pertama tiba di Tanah Air.

Dikenal sebagaiversi Timur dari F-16”, J-10 menawarkan performa tinggi dengan biaya operasional yang lebih efisien. Jet bermesin tunggal ini dikembangkan sebagai simbol kemajuan industri dirgantara China, dan telah menjadi andalan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).

Dengan kemampuan serbaguna dan efisiensi biaya, pesawat ini dinilai cocok untuk memperkuat formasi pertahanan udara Indonesia di tengah kebutuhan pembaruan armada yang semakin mendesak.

Pengamat pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menyambut baik rencana pembelian jet tempur Chengdu J-10. Namun, ia mengingatkan bahwa nilai strategis alutsista tidak hanya bergantung pada spesifikasi teknis, tetapi juga kesiapan sistem pendukung.

Potensinya besar, tapi nilai strategisnya akan sangat ditentukan oleh kesiapan SDM, interoperabilitas antar-matra, kesiapan industri dalam negeri, maupun keberlanjutan anggarannyaungkap Fahmi.

Ia menekankan pentingnya kompatibilitas sistem antara J-10 yang berbasis teknologi China dengan alutsista TNI AU lain yang sebagian besar menggunakan teknologi Barat. Pelatihan personel dan integrasi sistem menjadi krusial agar jet tempur ini benar-benar menjadi kekuatan baru, bukan sekadar simbol.

Kalau semua itu berjalan seiring, yang diperkuat bukan hanya daya tempur, tapi juga daya tangkal dan kesiapsiagaan TNI dalam jangka Panjang” pungkasnya.

Komentar pembaca