Presiden Amerika Donald Trump Desak Perang Gaza Dihentikan, Sidang PBB Akui Palestina

New York – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan penghentian perang di Gaza dalam pidatonya di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA).

Dalam pertemuan di New York, Trump menegaskan dirinya telah “sangat terlibat” dalam upaya mencapai gencatan senjata dan meminta para pemimpin dunia bersatu demi perdamaian.

Trump juga menekankan pentingnya pembebasan tawanan sebagai bagian dari langkah menuju stabilitas di Gaza. Namun, pidatonya menuai kontroversi setelah menolak pengakuan 157 negara anggota PBB yang menyetujui pengakuan Palestina sebagai negara.

Kolonel Dedy Yulianto, analis geopolitik Kementerian Pertahanan RI, keputusan mayoritas negara dunia untuk mengakui Palestina merupakan langkah simbolik yang memicu dinamika baru di Timur Tengah.

“Pengakuan Palestina ini dianggap sebagai kemenangan diplomatik. Namun, jangan lupa bahwa pengakuan simbolis tidak serta merta mengubah kontrol Israel atas wilayah Palestina” ujar Dedy.

Trump bersama sekutunya seperti Inggris, Prancis, Kanada, dan Australia tetap menolak pengakuan tersebut. Amerika disebut masih memposisikan diri sebagai mediator, meskipun langkah itu dinilai lebih condong melindungi kepentingan Israel.

Dalam pidatonya yang berdurasi hampir satu jam, Presiden Amerika Donald Trump memuji pencapaian masa jabatannya dan menyebut perdamaian di Gaza sebagai hasil inisiatifnya, bukan PBB.

Kolonel Dedy menilai gaya Trump yang penuh pujian terhadap dirinya sendiri menunjukkan ambisi untuk mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian. Trump bahkan mengklaim telah mengakhiri “tujuh perang” sejak kembali menjabat.

Namun, langkah tersebut dinilai kontradiktif, mengingat Amerika masih terlibat dalam konflik militer di Iran, Venezuela, serta mendukung operasi Israel di Gaza.

Trump menyebut pengakuan Palestina di UNGA sebagai “hadiah” untuk Hamas, kelompok yang ia anggap sebagai penghalang perdamaian.

Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus dituding menghambat gencatan senjata, bahkan mendorong pencaplokan wilayah Tepi Barat.

Koalisi sayap kanan Israel dinilai ingin menggagalkan solusi dua negara, meskipun sejumlah negara seperti Prancis, Inggris, dan Indonesia telah mengakui Palestina. Sementara itu, Presiden Amerika Donald Trump tetap mendukung Israel dan menolak langkah Eropa maupun Palestina.

Usai sidang UNGA, Presiden Amerika Donald Trump menggelar Multilateral Meeting on the Middle East. Pertemuan ini berlangsung di ruang konsultasi Dewan Keamanan PBB, New York, Selasa (23/9/2025).

Kolonel Dedy menilai partisipasi Presiden Prabowo di UNGA menjadi momentum penting bagi Indonesia. Prabowo bahkan menyatakan kesiapan Indonesia mengirim pasukan perdamaian, membantu rekonstruksi Gaza, hingga memberi dukungan finansial bagi misi PBB.

Indonesia juga membuka peluang mengakui Israel bila Palestina mendapat pengakuan resmi sebagai negara. Menurut Dedy, posisi Indonesia bisa menjadi “bargaining power” bagi Amerika di Asia Pasifik.

Komentar pembaca