LensaUtama

Bernardus: Persiapan Proyek Harus Baik Agar Bisa Dibiayai Investor

LensaUtama.com – Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menghadapi laju perekonomian global tidaklah ringan. Hal tersebut dilihat dari masih banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, salah satunya adalah infrastruktur.

Untuk itu PT Deloitte Konsultan Indonesia menggelar forum diskusi bertajuk “Deloitte Indonesia Infrastructure Forum 2017,” di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (19/10).

Acara tersebut mempertemukan 250 praktisi dan pebisnis maupun investor dari Indonesia serta beberapa negara termasuk Jepang, China, Singapore, Malaysia, Australia, Negara-negara Scandinavia, Canada dan lainnya.

Bernardus R Djonoputro, Country Head  Infrastructure and Capital Projects Deloitte Indonesia mengatakan bahwa pertemuan ini diadakan untuk berdialog agar dapat menguraikan masalah yang kerap dialami dalam infrastruktur.

“Forum ini dibutuhkan untuk memberi masukan kepada pemerintah tentang percepatan pembangunan infrastruktur dalam hal pembiayaan,” ungkap Bernardus.

Menyoal pembiayaan, sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan terdapat potensi pembiayaan fialntropi di dunia yang jumlahnya ditaksir mencapai US$12 triliun, dan dana tersebut dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur dengan skema blended finance.

Menanggapi hal tersebut, Bernardus mengutarakan skema blended finance sebenarnya bukan barang baru. Di dunia, skema pembiayaan campuran dari filantropi biasanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang sejalan dengan upaya pencapaian (Sustainable Development Goals/SDG).

“Untuk menarik dana-dana dari luar tersebut itu memerlukan persiapan proyek yang harus baik dan bagus, karena dana-dana ini punya kriteria tersendiri. Jadi kuncinya adalah persiapan proyeknya harus baik dan investment grade agar filanftrof bisa langsung percaya,” ujarnya.

Pembiayaan campuran, lanjut Bernardus, akan lebih berarti bagi proyek-proyek yang sifatnya memiliki dampak sosial bagi masyarakat. Meskipun dana berasal dari filantropi, proyek yang dibiayai sebaiknya masih memberikan keuntungan atau imbal hasil. Hal ini penting untuk menjamin keberlanjutan.

Senada dengan Bernardus, Country Leader Deloitte Indonesia Claudia Lauw juga mengatakan jika pemerintah ingin menangkap potensi dari skema pembiayaan campuran, persiapan proyek infrastruktur yang ditawarkan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Exit mobile version