Site icon LensaUtama

Kenali Lebih Jauh Penyebab Anak Menderita ADHD

ADHD

dr Citra SpKJ RS Evasari

LensaUtama.com – Sampai dengan saat ini, masih banyak orang tua yang telat menyadari kalau anaknya yang terlalu aktif, mengalami gejala Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD atau disebut juga dengan GPPH (Hiperaktivitas).

Gangguan yang paling sering dijumpai dengan Prevalensi sekitar 3-7% . Gambaran GPPH yang kerap ditemukan biasanya hiperaktivitas/impulsivitas dan/atau inatensi yang pervasif.

Menurut dr Citra SpKJ dari RS Evasari, hal ini biasanya baru diketahui ketika anak berusia 7 tahun, dan terjadi sekurangnya 6 bulan. Untuk memastikan hiperaktivitas dan/atau inatensi, hsetidaknya arus terjadi di dua tempat (misalnya di sekolah dan di rumah). Selain itu, ada bukti ketidakserasian perkembangan sosial, akademik, atau fungsi okupasi.

Anak-anak penderita ADHD biasanya memiliki kesulitan dalam hal memusatkan perhatian ketika mengerjakan tugas, tak bisa duduk diam, kesulitan mendengarkan dan mengikuti instruksi, mengorganisasikan tugas, serta mengolah informasi secaracepat dan akurat.

“Anak dengan GPPH umumnya tak sabaran, sering menginterupsi  pembicaraan orang lain, menyampaikan komentar yang tak sesuai, dan menunjukkan emosinya tanpa batasan,” imbuh dr Citra.

ADHD dbisa berlanjut hingga remaja dan dewasa. Remaja dengan resiko ini, biasanya mengalami hubungan teman sebaya yang buruk, masalah akademik, konflik dengan orangtua maupun guru, risiko penyalahgunaan zat dan harga diri rendah.

Sedangkan gejala hiperaktif dan impulsif pada orang dewasa dengan cenderung ditunjukkan dengan ketidakmampuan memperhatikan dapat menyebabkan masalah di tempat kerja dan di lingkungan sosial.

Ada beberapa faktor penyebab ADH , antara lain faktor biologi (genetik), abnormalitas neurologi terutama pada lobus frontal, adanya hubungan antara GPPH terkait dengan neurotransmitter sistem dopaminergik, noradrenergik dan serotoninergik,  terlibat dalam aktivitas sistem katekolaminergik dalam area otak yang berfungsi pada fungsi eksekutif, atensi dan aktivitas motorik, yakni pada korteks prefrontal, serebellum dan struktur subkortikal.

Lalu fakktor lingkungan, di manakonflik keluarga yang berkepanjangan, psikopatologi orangtua, buruknya hubungan keluarga lebih banyak terjadi pada anak dengan GPPH.

Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan orangtua, orangtua tunggal dan status sosio ekonomi yang rendah meningkatkan kemungkinan terjadinya ADHD.

 

Kemudian, cedera Otak juga berpeluang menimbulkan ADHD, selain  terkait dengan kehamilan dan persalinan. Bayi yang lahir secara prematur, mengalami hipoksia saat lahir karena fetal distress.  Lalu Ibu perokok dan alkoholik selama kehamilan, turut meningkatkan  paparan terhadap toksin seperti timbale, merkuri, organofosfat, polychlorinated biphenyls selama perkembangan nutrisi.

Exit mobile version